Jejak Dakwah Rasulullah 1


HUSAIN MUHAMMAD YUSUF

JEJAK
DAKWAH
rasULULLAH

Membedah Konsep Kepemimpinan,
Kaderisasidan Etika Dakwah Nabi

Ditulis kembali oleh Siti Andriyani




BAGIAN PERTAMA
KEPEMIMPINAN RASUL DAN KETAATAN PARA SAHABAT

“Hai orang-orang yang berselimut bangunlah! Lalu berilah peringatan! Agungkan Tuhanmu, bersihkan pakaianmu,tinggalkan dosa dan janganlah engkau memberi dengan maksud memperoleh yang lebih banyak dan bersabarlah demi Tuhanmu.”[1]

Periode Persiapan Dakwah Rasulullah terhadap dirinya sendiri dibawah naungan Tuhannya, sehingga beliau mencapai tingkat keimanan yang sempurna dan keyakinan yang kuat. Nbi bersabda:
Aku telah dididik Tuhanku dengan didikan yang paling baik”
Demikian pula ketika memulai dakwahnya Allah menginstrusikan Rasulullah agar memulai dakwah kepada dirinyasendiri. Dari sanalah beliau memiliki kesungguhan yang berlipat-lipat ketika berhadapan dengan tuhannya. Ketaatan tersebut menjadi bekal untuk menyampaikan risalah yang penting dan berjihad. Kenmudian Allah SWT berfirman:
“Bacalah dengan menyebu nama Tuhanmu yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajarkan manusia dengan perantaraan al-qur’an.”[2]
“ Hai orang yang berselimur bangunlah dimslsm hsri, kecuali sedikit darinya, sepertiganya atau kurang sedikit dari itu, atau lebih seperdua itu. Bacalah al-Qur’an dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu pekataan yang berbobot”[3]
            Ayat pertam menjelaskan suruha untuk membaca dan belajar. Ayat tersebut tidak hanya untuk Rasul tapi diperuntukan bagi setiap orang yang akan memp[ersiapkan dirinya untuk berdakwah.  Seorang dai harus mengetahui dan memahami secara matang materi yang akan disampaikannya. Dan ayat kedua diatas merupakan suruhan untuk melakukan shalat malam dan membaca alQur’an didalamnya. Sebab dengan kebiasaan tersebut akan memperoleh keteguhan, kekuatan, dan pembersihan jiwa serta kesehatan badan disamping kan mendapat pahala dari Allah. Rasulullah SAW bersabda:

Setiap malam Allah turun keangit dunia ketika sepertiga malam yang pertama berlalu. Ia berfirman: sayalah penguasa…sayalah penguasanya. Siapa yang berdo’a kepadaku, aku akan mengabulkannya. Dan siapa yang meminta ampun kepadaku, aku akan mengampuninya. Begitulah seterusnya sampai fajar datang.[4]
            Pada surat almudatsir ayat 1-7 dijelaskan bahwa yang haruis diperhatikan oleh setiap da’I yaitu suruhan untuk bangkit menegakan dakwah, mengagungkan Allah, serta meyakini kekuasaannya, mendidik jiwa serta mensucikan hati, sehingga seluruh aktivitasnya hanya diperuntukan kepadanya , menjauhi dosa dan maksiat, bertawadhu kepada Allah dan manusia, dan ia tidak mengharap imbalan baik kepada Allah maupun manusia.
Dakwah Di Kalangan Generasi Awal
            Rasulullah melaksanakan perintah Allah dengan memulai berdakwah kepada keluarga yang percaya kepadanya. Khadijah adalah anggota keluarga Rasulullah yang pertama kali masuk Islam. Kemudiasn diikuti oleh Ali bin Abi Thalib dalam usia tujuh tahun dan Zaid bin Harits maula nabi. Setelah itu Nabi memilih orang yang paling bersih dan memilih orang yang berahklak mullia untuk membantunya berdakwah diljalan Allah. Orang yang pertama kali menyambutnya adalah Abu Bakar Shiddiq. Ia adalah orang yang paling percaya kpad Nabi dan tanpa ragu membenarkan Nabi sehingga Nabi pernah bersabda;
“Setiap aku mengajak kepada Islam dihatinya pasti menyimpan keraguan dan berbagai pertimbangan, kecuali abu bakar Begitu ku menuturkan Islam kepadanya, sedikitpun ia tidak ragu terhadapnya.[5]
Dengan kedua tangan Abu Bakar banyak tokoh Quraisy yang masuk Islam diantaranya Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, Abi Ubaidillah bin Al-Jarrah, dan Arqam bin Abi Arqam. Begitulah gambaran singkat dakwah pada masa generasi awal, setelah itu dakwah dilakukan secara terang-terangan. Dan berkumandanglah kalimat Tauhid di mana-mana.
Persatuan, Modal Menyatukan Barisan Dakwah
            Kesatuan antara tujuan, barisan, dan dan hati antar nabi dan sahabat-sahabatnya pada generasi awal, merupakan factor dominan bagi keberlangsungan dakwah Rasul dan merupakan benteng yang kuat dalam menghadapi musuh serta merupakan indikasi kuat bagi keberhasilan dakwah . Hilangnya persatuan merupakan indikasi langsung bagi perpecahan jiwa dan hati.  Nabi bersabda:
“Jiwa itu bias di ibaratkan bak sekumpulan laskar. Bila diantara mereka terjalin iklim saling pengertian, maka persatuan akan terbina. Sebaliknya, bila diantara mereka tidak terjalin sikap saling pengertian, hanya perpecahanlah yang akan timbul”[6].
Disisi lain , perpecahan tidak mungkin terjadi dalam kebenaran sebab kebenaran akan menyatukan orang-orang yang mengikutinya. Firman Allah SWT:
Walaupun kamu membelanjakan semua kekayaan yang berada di bumi niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka. Akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya dia maha perkasa lagi maha bijaksana.”[7]

Empat Prinsip Dakwah
“Berilah peringatan kepada kerabat –kerabatmu yang terdekat. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang beriman. Jika mereka mendurhakaimu, katakanlah sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan” [8]

1.      Dakwah harus ditujukan pertama kalinya kepada kerabat-kerabat yang terdekat. Sebab merekalah yang paling berhak memperoleh dakwah. Keimanan mereka akan menjadi benteng kekuatan bagi da’I ketika orang lain memusuhinya.
2.      Sikap merendahkan diri kepada oaring mukmin dengan memperlakukannya secara tawadhu dan kasih sayang agar mempersatukan hatinya, memperkokoh keimanannya, serta mempertahankan keimanan mereka.
3.      Sikap untuk tidak peduli terhadap pengingkaran dan maksiyat yang dilakukan oang-orang musyrik setelah mereka di beri peringatan. Cukuplah berpaling dari apa yang mereka kerjakan.
4.      Kontinuitas untuk melakukan dakwah tanpa peduli terhadap ancaman-acaman yang dihadapinya serta bertawakkal kepada Allah dengan jalan menyerahkan segala urusan kepadaNya.
Berterus Terang Dalam Berdakwah
            Suatu hari Nabi mengundang kaumnya untuk menghandiri suatu jamuan. Jumlah mereka pada saat itu tidak kurang dari 40 orang. Rasulullah bersabda kepada mereka:
“Wahai bani Abd Al Muthalib, demi Allah sepengetahuanku, tidak ada seorangpun dari pemuda Arab yang mendatangi kaummya dengan sesuatu yang lebih utama daripada yang saya bawa kepada kalian. Sesungguhnya saya mendatangi kalian dengan urusan dunia dan akhirat”[9]
Tetapi apa yang diterima Rasulullah adalah pengingkaran dan ejekan kaumnya. Namun beliau tidak berhenti untuk terus menjalankan dakwah secara terang-terangan. Beliaupun naik keatas bukit shafa dan berseru kepada orang-orang Quraisy:
“Wahai orang-orang Quraisy! Bagaimana sikap kalian apabila aku kabarkan bahwa serombongan pasukan kuda dikaki bukit ini bermaksud mendatangimu. Apakah kalian akan membenarkanku? ‘Ya’ Jawab mereka. Rasulullah bersabda:”Sesungguhnya saya memberi peringatan kepada kalian akan siksaan yang pedih. Wahai Bani Ka’ab bin Lu’ay! Selamatkanlah dirimu dari api neraka. Wahai Bani Marrah bin Ka’ab, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Wahai bani Abd Syam, selamatkanlah dirimu dari apa neraka. Wahai bani Abd Manaf, selamatkanlah dirimu dari api neraka, Wahai Bani Hasyim, selamatkanlah dirimu dari api neraka, Wahai bani Abd Muthalib selamatkanlah dirimu dari api neraka, wahai Fatimah selamatkanlah dirimu dari api neraka aku tidak bias berbuat apa-apa lagi bagi kalian kelak di hadapan Allah. Akan tetapi saya mempunyai kasih sayang kepada kalian”[10]
Abu lahab lalu menentang Rasululah dan berkata:
“Apakah untuk ini engkau mengumpulkan kami? Celakalah engkau Muhammad”
Apa yang dicontohkan Rasul begitu pula yang harus dilakukan da’I ia tidak perlu takut terhadap ancaman dan penderitaan yang akan dihadapinya.  Ejekan yang mereka terima hendaklah dijadu\ikan suatu wahana untuk memperoleh petunjuk Allah. Allah SWT berfirman:
“Siapakah yang lebih baik perkataanya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata: Sesungguhnya aku termasuk orang yang menyerahkan diri”[11]
BAGIAN KEDUA
KADERISASI DAKWAH PADA GENERASI PERTAMA ISLAM

Diantara orang-orang mukmin itu terdapat orang-orang yang mentaati apa yang telah dijanjikan kepada Allah, sehingga diantara mereka ada yang gugur. Dan diantara mereka ada juga yang menunggu-nunggu. Dan mereka sedikitpun tidsk mengubah-ubah”[12]
Fase Penderitaan Dalam Dakwah
            Dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah secara terang-terangan ternyata telah mengguncang jiwa dan masyarakat Arab.  Mereka merasakan dakwah beliau mengancam Agama, tradisi, serta kekuasaanya. Oleh karena itu mereka berusaha menghalau ancaman itu sebelum menjadi persoalan yang lebih besar.
            Dakwah Rasulullah sejak saat itu memasuki periode baru dimana dakwah dihadapkan pada rintangan-rintangan. Allah SWT berfirman:
“Apakah manusia mengira dibiarkan saja mengatakan kami kami telah beriman: sedangkan mereka tidak diuju? Sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang jahat” [13]
Bilal bin Rabbah, budak umayyah bin khalaf mendapat siksaan ditindih dengan batu besar agar mau kembali mentembah latta dan uzza. Namun keimanan Bilal tak tergoyahkan. Nasib serupa juga menimpa keluarga Yasir mereka dijemur di bawah terik matahari sambil dibakar melihat hal tersebut Nabi berdo’a
“ Sabarlah wahai keluarga Yasir karena balasanmu adalah Syurga”[14]
            Mereka pun pernah menyiksa salah seorang muslim dan dibiarkannya dalam keadaan kelaparan. Tragisnya, ia mengikutiu kemauan mereka untuk mengatakan bahwa latta dan uzza adalah dua tuhan selain Allah[15]. Siksaan yang diderita oleh para sahabat semakin hari semakin berat dirasakan sampai Hubbab RA Mengatakan:
“ Kami mengadu kepada Rasulullah tentang siksaan yang kami derita, pada waktu Rasulullah bersandar pada dinding ka’bah. Kami berkata kapada beliau, mengapa Engkau tidak memintakan pertolongan Allah untuk kami semua? Rasulullah menjawab: Sebelummu ada orang setengah badannya dikubur dalam keadaan kepala diatas tanag kemudaian kepalanya digergaji sampai terbelah dua. Daging dan tulangnya dikoyak-koyak oleh sikat besi, tetapi ia tetap kukuh mempertahankan agamanya. Demi Allah orang yang pergi dari bukit sana’I pun tidak takut apa-apa kecuali Allah.Kenapa kalian ingin berburu-buru?”
            Abu bakar RA pernah disiksa Utbah Bin Rabiah memulu muka beliau dengan kedua sandalnya yang berjahit sampai beliau pungsan.Ia lalu di bawa kerumahnya. Pertanyaan pertama yang diucapkan abu bakar saat siuman adalah perihal keberadaan Rasulullah. Ibunya menjawab:
Demi Allah Aku tidak mengetahui keberadaan saudaramu itu”
            Abu Bakar kemudian menamyai keberadaan Rasulullah kepada Ummi Jamilah putrid al-Khatab. Ia pu menjawab:” Rasulullah kini berada dirumah Ibn al-Arqam”. Abu Bakar berkata lagi: “ Saya tidak akan mencicipi makanan dan minuman tanpa beliau[16]
            Seperti halnya para sahabat Rasulullah pun tidak luput dari Siksaan beliau bersabda:
“ Dalam menjalankan tugas dari Allah akupun mengalami pengalaman-pengalaman pahit yang belum pernah dihadapi oleh seorang pun.  Selama tiga puluh hari tiga puluh malam, tidak ada bagiku dan Bilal sesuatu yang bias dimakan, kecuali sekedar yang bias menutupi ketiak bilal”[17]
            Pada suatu hari ketika Rasul berada dibukiy Shafa beliau mendapatkan cacian dan makian dari Abu Jahal. Ketika beliau sedang shalat di atas salah satu batu Kabah, Uqbah bin Mu’ith menarik bahu beliau dan melilitnya hingga beliau mersa tercekii. Namun Abu Bakar dtang melepasnya.Ketika Rasul sedang Shalat beliau sedang shalat disamping kabah di bahunya diletakan kotoran unta. Fatimah putrinya dating membersihkan nya sambil menangis.

Urgensi Sabar Dalam Berdakwah
            Keteguhan dan kesabaran Rasulullah dan sahabatnya, merupakan prinsip akidah yang tertancap kuat didada mereka. Kesabaran yang mereka jalankan ternyata mempengaruhi orang-orang musyrik salah satunya adalah Hamzah bin Abd Al- Muthalib, menerima ajakan Rasul untuk masuk Islam.Diikuti kemudian dengan Umar bin Khatab. Dengan bergabungnya dua orang tersebut tonggak Islam semakin kuat. Orang-orang kafir akhirnya mengubah strategi dengan jalan diplomasi. Mereka mendatangi paman Nabi Abu Thalib. Mereka berkata:
“ Wahai Abu Thalib, Sesungguhnya anak lelaki saudaramu itu telah mencaci Tuhan kami, mencela agama kita, menganggap bo d oh agama-agama kita, serta menganggap sesat pendahulu-pendahulu kita. Maka, serahkanlah anak itu kepada kami, engkau boleh meminta ganti salah satu dari kami”[18]
            Disini Allah memperlihatkan hikmah abu thalib tetap menganut agama kaumnya. Sebab, bila ia masuk Islam, charisma dan wibawanya akan hilang dihadapan mereka. Oleh karenanya akan leluasanya mereka menentang dakwah Rasul. Maka untuk kesekian kalinya mereka mendatangi Abu Thalib lalu berkata:
Wahai Abu Thalib bagi kami engkau adalah orang yang dituakan serta memiliki kedudukan dan posisi cukup berpengaruh. Kami telah memintamu untuk menghentikan dakwah anak lelaki saudaramu itu, akan tetapi engkau tidak melakukanya. Demi Allah, kami sudah tidak sabar menghadapi celaan dan penghinaan terhadap Tuhan-Tuhan dan pendahulu kami. Halangilah ia, atau kami akan mencelakakanmu denganny. Sehingga salah satunya mati.[19]
Mendengar ucapan tersebut Abu Thalib berkata kepada Nabi Muhammad:
Wahai anak lelaki saudaraku, Sesungguhnya kaummu telah mendatangiku, selamatkanlah dirimu dan diriku dari ancamannya itu. Dan jangan biarkan aku menanggung urusan yang tidak mampu aku lakukan.”[20]
Rasul seakan menamui jalan buntu, orang yang menjadi pelindung utamanya berkata seperti itu. Namun Rasulullah tidak ragu-ragu lagi untuk memilih jalan yang ditempuh oleh ulul Azmi. Beliau bersabda kepada pamannya:
“Wahai pamanku, seandainya mereka letakan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku, agar aku meninggalkan urusan ini, niscaya akau tidak akan meninggalkannya sampai Allah memberi kemenangan atau kebinasaan.”[21]
Kekuatan iman Rasul ternyata menembus lubuk hati pamannya. Dalam keadaan tetap memeluk agamanya, berkata kepada Rasul:
“Wahai anak saudaraku, teruskanlah dakwahmu. Demi Allah, selamamya aku tidak akan menyerahkanmu pada mereka”[22]
Siasat Para Penentang Dakwah
Para penentang dakwah Rasul melancarkan siasat lain untuk menghalau dakwah Rasul dengan tawaran pangkat dan jabatan. Mereka berkata:
“Wahai Muhammad, Kami diutus untuk berunding denganmu. Demi Allah, saya belum pernah orang lelaki arab yang berhasil yang mempengaruhi kaumnya selain engkau. Bila dengan dakwahmu itu engkau harapkan harta, kami akan mengumpilkan seluruh harta kami untukmu. Sehingga engkau menjadi orang terkaya diantara kami. Bila dakwahmu itu engkau mengharapkan kedudukan yang kami miliki, kami akan memberikannya untukmu. Dan bila selama ini engkau kena usapan jn , kami tidak akan segan-segan mengeluarkan biaya untuk mencari tabib agar kau sembuh dari sakitmu[23]
Rasul memilih untuk menolak setiap tawaran diatas, dan tetap sabar menghadapi berbagai tantangan ditengah-tengah masyarakat yang tiranik dan dekaden. Beliau bersabda kepada orang-orang kafir:
“Apa yang kalian ucapkan sama sekali tidak mempengaruhi pendirianku. Bila saya berdakwah kepada kalian, itu bukan untuk mengharap harta, prestise, serta kekuasaan yang kalian miliki. Allah telah mengutusku kepada kalian sebagai seorang rasul. Untuk itu, telah diturunkan kepadaku kitab suci. Ia memerintahkannku untuk member kabar kembira dan peringatan kepada kalian. Aku sampai kalian beberapa risalah Tuhanku. Bila kalian menerimanya bagimulah dunia dan akhirat. Akan tetapi bila kalian menolaknya, aku akan bersabar sampai Allah memutuskan sesuatu antaraku dan kalian”[24]
            Begitu pulalah yang harus ditempuh olrh setiap para da’I ketika berdakwah. Ia tidak tergesa-gesa dalam meminta pertolongan Allah. Orang-orang kafir tak pernah berhenti mendesak Nabi mereka berkata:
“Wahai Muhamad, bagaimana mungkin engkau jadi Rasul Allah, padahal engkau pun mkan dan berdiam dipasar”

Lalu Allah berfirman:
“Dan kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka makan dan berjalan dipasar-pasar. Dan kami jadikan sebagian kamu cobaan bagi sebagianmu yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan adalah Tuhanmu maha melihat”[25]
            Kesombongan orang musyrik semakin menjadi-jadi mereka meminta kepada Rasul agar meminta kepada rasul agar memindahkan gunung untuk mempeluas wilayah mereka. Mereka juga meminta agar Rasul membangunkan orang –orang terdahulu mereka yang telah mati Qushay bin Kilab, karena ia seorang yang terpercaya, mereka akan bertanya apakah yang di ucapkan Rasul itu benar atau bathil? Mereka juga meminta kepada Rasulullah agar Tuhan mengutus malaikat untuk membenarkan ucapan Rasul, membuatkan gedung-gedung dari emas bagi mereka, Kemudian Rasul menjawab:
“Saya tidak akan berbuat itu. Sebab saya tidak diutus kepada kalian untuk itu, tetapi sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan.”
Mereka berkata Lagi: “ Wahai Muhammad, tidakkah Tuhanmu mengetahui bahwa kami sedang duduk besertamu dan meminta kepadamu agar memenuhi apa yang yang telah kami minta. Semestinya ia memberitahukanmu untuk memenuhi permintaan-permintaan kami. Dahulu kami telah mengetahui bahwa kamu telah diberi pelajaran oleh seorang laki-laki dari Yaman yang bernama al-Rahman. Demi Allah kami tidak akan beriman kepada al-rahman selamanya. Karena telah berkeberatan untuk menolongmu wahai Muhammad. Demi Allah kami tidak akan membiarkanmu menyampaikan risalah sampai kami menghancurkanmu.atau kamu menghancurkan kami. Kami tidak akan beriman kepadamu kecuali bila kau dating bersama Allah dan malaikat atau kau naik kelangit atau turun disertai empat malaiat yang bersaksi atas kebenaran ucapanmu. Demi Allah bila kamu melakukannya kami akan membenarkanmu”[26]
            Rasulullah pergi dalam keadaan sedih karena kaumnya belum memperoleh hidayah Allah, menopang kebathilan, memusuhi kebenaran tetap berada dalam kesesatan dan menentang Allah. Untuk menghibur hati Nabi Allah berfirman menurunkan wahyu surat 17 ayat 90-95.
Pengakuan Atas Kebenaran Dakwah Rasul
Kekuatan Dakwah Rasul ternyata sanggup menembus keangkuhan Quraisy sehingga mendorong mereka ingin selalu mendengaran bacaan al-Qur’an Rasulullah ditengah-tengah shalat malamnya. Pada suatu ahari secara kebetulan Abu Jahal, Abu Sufyan, Akhnas bib Syarik keluar rumah, ketiganya bersembunyi dibalik rumah Rasulullah tanpa saling mengetahui keberadaan masing-masing. Ketiga fajar menyingsing mereka pergi dan secara kebetulan mereka berada ditengah-tengah jalan . Salah seorang dari mereka berkata:
“ Janganlah kalian mengulangi perbuatan ini. Sebab, bila pengikut-pengikut melihatnya ini akan embingungkannya” Tetapi pada hari keduanya mereka terus mengulangi perbuatan tersebut, mereka kembali saling mengingatkan untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut, namun kejadian tersebut berulang pada malam ketiga”[27]
Ketiga orang tersebut kemudian mendatangi rumash Abu Jahal. Abu Jahal berkata:
“kita sedang bermusuhan dengan bani Abd Al Manaf yang mulia karena mereka berkata diantara kami terdapat seorang rasul yang membawa wahyu dari langit lalu kapan seorang rasul akan kerluar dan dari antara kalian Demi Allah aku tidak akan mendengarkan dan membenarkan selamanya”[28]
            Para penentang Islam tidak mengingkari dakwah Rasul karena meragukan kevaliditasannya, tetapi karena mereka hasud saja setelah terbukti kebenaran kepadanya.             

Jalan Menuju Kesuksesan Dalam Berdakwah
            Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. Sesungguhnya kami akan memeliharamu dari orang-orang yang memperolokmu”[29]
            Kandungan ayat diatas mengisyaratkan jalan-jalan penting yang harus ditempuh oleh rasulullah dalam menempuh periode dakwahnya yang baru, yaitu:
1.      Periode berdakwah secara terang-terangan maksudnya, perintah berdakwah secara terang-terangan kepada orang-orang yang menrntang dakwah, dengan melontarkan berbagai argumentasi yang kuat kepada mereka.
2.      Perintah untuk berpaling dari orang-orang musyrik.
3.      Janji pemeliharaan dari kejahatan orang-orang musyrik. Allah membuktikan janjinya untuk melindungi Nabi dari  kejahatan orang-orang musyrik dengan masuknya lima pemuka kedalam Islam dalam hari yang bersamaan, Al-Walid bin al-Mughirah, Ash bin Wail, Aswad bin al-Muthalib, Aswad bin Abu Yaguts, dan Haris bin al-Talatah.
Fase Pengisolasian Dalam Dakwah Rasul
            Betapapun beratnya siksaan yang dihadapi kaum Muslim hal tersebut tidaklah mengguncangkan iman mereka. Akhirnya, orang-orang musyrik consensus untuk mengisolasi mereka, dengan tuntutann agar mereka menyerahkan Rasul untuk di bunuh.[30]
            Selama dua tahun umat Islam diisolasi, selama itu pula tidak ada makanan yang sampai kepada mereka. Kecuali yang diselundupkan , mereka makan daun-daunan. Anak-anak mereka bahkan terjerat dalam kelaparan yang berat. Fitnah dan cobaan yang dihadapi mereka sangat berat. Tetapi mereka tetap bersabar.
            Akhirnya orang-orang musyrik berselisih pendapat atas perlakuan yang mereka lakukan terhadap umat Islam. Mereka merasa bersalah terhadap yang mereka lakukan kepada umat Islam. Dan pada malam harinya mereka bersepakat untuk mencabut sangsi pengisolasian itu. Akhirnya umat Islam keluar dari bencana itu dalam keadaan iman dan keyakinan mereka semakin kuat, serta persatuan dan solidaritas mereka semakin kokoh.                                        
BAGIAN KETIGA
ETIKA DAKWAH RASULULLAH

“ Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu ialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesatt dari jalannya, dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk”[31]
Tiga Prinsip Etika Dakwah
1.      Berdakwah kepada jalan Allah dengan bijaksana (al-Dakwah bil al –Hikmah), Dakwah harus di sesuaikan dngan kadar akal, bahasa serta lingkungan para pendengarnya. Dakwah ini ditujukan pada manusia golongan pertama yaitu manusia yang secara fitrah tendensi kepada kebenaran. Seperti golongan para sahabat Rasul pada generasi pertama Islam, mereka tida ragu lagi menerima ajakan Rasulullah dengan hany mendengar bacaan al-Qur’an atau mendengar penjelasan Rasul.
2.      Dakwah kepada Allah denga pelajaran yang baik, (al-Dakwah bil Mauidzah al-Hasanah), Cara ini lebih spesifik ditujukan kepada manusia jenis kedua. Yakni keumuman manusia . Mereka adalah orang-orang yang tidak sampai pada taraf kemampuan manusia jenis pertama. Secara potensial memiliki fitrah pada kebenaran, tetapi mereka selalu ragu antare mengikuti kebathilan ateu mengikuti kebenaran yang disampikan kpd mereka. Cara yang efektif diantaranya:
a.       Memberikan pelajaran yang baik(al-mauidzah al-hasanah)
b.      Uapan yang mengena (Qaulan baligh)
c.       Penjelasan yang berguna berupa sugesti (Targhib)
d.      Penjelasan tentang kebaikan mengikuti kebenaran(tarhib)
3.      Berdebat dengan cara yang lebih baik(al-jidal bi al lati hiya ahsan), cara ini diperuntukan bagi manusia jenis ketiga. Mereka adalah orang-orang yang secara kuat dikung-kung oleh tradisi jahiliyah yang dengan sombong dan angkuh melakukan kebathilan serta mengambil posisi arogan dalam mengambil dakwah.



Etika Mujadalah

Dalam rangka mendidik Rasul, Allah telah memperlihatkan perdebatan yang baik agar secara analogis bias ditiru oleh nabi. Firman Allah SWT:
“ Katakanlah, siapakah yang member rizki kepadamu dari langit dan bumi katakana lah Allah Sesungguhnya kamu berada dalam kebenaran atau kesesatan yang nyata”[32]

Inilah  puncak etika berdebat. Sebab Rasulullah yakin benar bahwa beliau berada dalam petunjuk Tuhannya dan musuhnya berada dalam kesesatan yang jelas. Tetapi kendatipun demikian, Allah mengajarkan Nabi untuk tidak menyinggung perasaan mereka serta mencela kesombongannya. Sebelum mengajukan argumentasi dan penjlasan yang mengalahkan mereka.

Etika Menghadapi Para Penentang Dakwah

            Disamping cara hikmah, mauidzah, Jidal al hasan, dalam melaksanakan dakwah ada cara lain untuk itu yakni Syiddah keras dan ghildah kasar.Cara ini diperuntukan bagi macam manusia diluar macam manusia diatas. Pada saat tertentu Rasulullah berhadapan dengan sikap permusuhan dengan hinaan dan celaan. Maka semestinyalah bagi Rasulullah untuk bersikap tegas pula dalam mematahkan kebathilan-kebathilan mereka       
            Walid al-Mughirah pernah mendengar dari Rasulullah ayat-ayat yang nenyentuh harinya ia berkata: “Demi Allah aku bemar-benar telah mendengar ucapan darinya yang bukan ucapan manusia ataupun ucapan jin. Didalamnya terkandung kenikmatan dan keindahan. Diatasnya terdapat buah Sedangkan dibawahnya tertancap akar yang kuat ia benar-benar luhur dan tidak mungkin ada yang lebuh meluhurinya”[33].
            Kendatipun demikian walid sangat keterlaluan dalam menyakiti hati nabi. Ia pernah menyihir dan bersikap angkuh kepadanya. Ia kufur terhadap harta yang telah diberikan Allah. Ketika memperlihatkan kesombongannya ia berkata:
“Saya adalah  orang nomor satu diantara orang yang nomer satu. Di aArab tidak ada orang yang sepertiku”

            Sakhnas bin Syarif, berdasarkan Riwayat al-Dahak dari Ibnu Abbas ra suka mencela dan mengumpat manusia[34]. Ia menduga bahwa tidak ada seorang pun yang mampu berbuat serupa dengannya. Maka turunlah firman Allah:
“ Kecelakaan bagi setiap pengumpat lagi pencela yang selalu mengumpul-ngumpulkan harta dan menghitung-hitungnya.”[35]
“Sesungguhnya orang-orang yang berosa berada dalam kesesatan didunia dan didalam Neraka.”[36]

Dakwah Nabi Memasuki Masa Kesuksesan
            Untuk beberapa waktu yang lama, Nbi mengibarkan panji dakwahnya yang besar dengan menempuh jalan yang telah digariskan ALLAH kepadanya seperti shalat malam, jihad jiwa, pensucian jiwa, tawadhu kepada Allah dan manusia, kontinuitas dalam ketaatan, menyampaikan dakwah, membentuk barisan pertama orang mukmin, peringatan terhadap kerabat-kerabat yang dekat,  tawakkal pada zat yang maha luhur dan maha pengasih, sabar menghadapi cobaan, tetap menegakan dakwah tanpa mempedulikan berbagai rintangan, terang-terangan dalam menyampaikan dakeah, berpaling dari orang-orang kafir dan musyrik. Menganggap kecil pengisolasian dan pemutusan kekeluargaan, melaksanakan dakwah secara bijaksana,  nasihat yang baik, berdebat yang baik.
            Dakwah Nabi kini telah berhasil melewati masa-masa itu, Ia sudah semakin kuat. Pengikut dan pendukungnya semakin bertambah, Ini semua tidak terllepas dari pertolongab Allah SWT. Allah SWT berfirman:
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal shaleh. Ia sungguh akan menjadika mereka berkuasa dibumi. Sebagaimana ia pun telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Sungguh ia akan meneguhkan agama mereka yang telah di Ridhainya. Dan ia benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa”[37]

Dari Defensif ke Ofensif
            Daslam beberapa tahun Rasulullah beserta orang-orang yang beriman terus menegakan perintah Allah dengan cara defensive. Mereka menghadapi siksaan dan hinaan dengan sabar dan kebaikan. Nabi terus menjalankan dakwahnya dengan bijaksana dan nasehat yang baik sampa terjadi baiat aqabah kedua. Didalamnya 70 orang Madinah berbaiat kepada Nabui untuk mendengar dan mentaatinya. Dalam keadaan semangat ataupun malas, memberi nafaqah, baik ketika sulit atau mudah, melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, berdakwah demi Allah, tidak takut terhadap berbagai intimidasi serta siap untuk menolong Rasulullah.
            Baiat itu sekaligus sebagai izin Allah untuk merubah strategi berdakwah. Setelah itu, Islam tumbuh berkembang di madinah al-Munawarah. Tisdak ada lagi rintangan dari orang-orang Quraisy. Baiat ini merupakan akhir massa-masa penyiksaan dan defensive, serta awal bagi umat Islam untuk membela diri sendiri secara ofensif menghadapi setiap kedzaliman yang mereka temui.

Hijrah Nabi Sebagai Salah Satu Fase Berdakwah

            Hijrah yang dilakukan secara besar-besaran merupakan langkah penting bagi keberhasilan dakwah. Dan batas pemisah antara kelemahan dan kekuatan. Antara kesempitan dan kedinamisan, Untuk itulah Rasulullah memerintahkan kepada para sahabatnya untuk hijrah kemadinah dan bertemu dengan saudara-saudaranya yang terdiri dari kelompok Anshar.  
            Sebagaimana Dakwah dimekah dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Maka hijrahpun dilakukan dengan sembunyi-sembunyi untuk menjaga keselamatan para sahabatnya. Dalam operasionaliasai hijrah nabi lebih mendahulukan para sahabatnya untuk berhijrah. Baik secara individu maupun komunal. Setelah Nabi merasa tenang akan keselamatan para sahabatnya dan tidak ada seorang pun sahabat yang tersisa di mekkah, baru nabi menyusul ke Madinah.

Etika Menghadapi Kekuatan dengan Kekuatan

            Pada akhirnya, Allh mengizinkan kepada Nabi beserta pengikutnya untuk menghunus pedang. Dan pada saat yang sama mereka digembirakan oleh perlindungan dan pertolongan-Nya. Allah pun menurunkan wahyu kepada Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman. Dan Sesungguhnya ia tidak menyukai orang-orang yang berkhianat lagi lagi mengingkari rahmatnya.  Telah di izinkan perang bagi orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiyaya. Dan Sesungguhnya Allah berkuasa menolong mereka.”
Ayat diatas menjelaskan bahwa jihad dalam Islam, tidak bertujuan untuk menjajah dan membentangkan kekuasaan. Tetapi untuk tujuan yang mulia dan keadilan manusia. Diantara tujuan Jihad adalah menghilangkan kedzaliman membangun power yang seimbang, serta untuk melindungi rumah-rumash Allah.
Perlindungan Allah Terhadap Rasulullah
“Hai Rasul sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan, kamu tidak menyampaikan amanatnya. Allah memelihara kamu dari gangguan manusia. Sesungguhnya Allah memiliki petunjuk kepada orang kafir”[38]

Ayat diatas mengisyaratkan tiga prinsip yang harus dipegang yaitu:
1.      Kewajiban menyampaikan dakwah
2.      Dakwah dilaksanakan secara sempurna dan kompherensif.
“Bila kamu tidak mengerjakan, berarti kamu tidak menyampaikan risalahnya”[39]
Rasulullah bersabda: “barang siapa ridha kepada manusia sedangkan ia berada dalam kemurkaan Allah, maka ia akan sangat bergantung kepada mereka. Dan barang siapa murka kepada manusia tetapi berada dalam keridhan Allah, maka ia akan bergantung kepada Allah semata”[40]
3.      Janji perlindungan dan pemeliharaan kepada Rasulullah
“Sesungguhnya kami menolong rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman pada hari berdirinya saksi-saksi”[41]
Allah telah menepati janjinya itu, buktinya ketika ketika ayat diatas turun, Rasul pada saat itu berada dalam penjagaan Sa’ad bin Abi Waqas dan khadijah, beliau berkata kepada kedua orang tersebut:
“Pergilah kalian, sesungguhnyaAllah telah menjagaku[42]
Perlindungan Allah kepada Rasul juga diperlihatkan pada saat ia ditinggal wafat oleh pamannya Abu Thalib. Rasul harus melindungi jiwa, harta, martabat serta para pengikutnya. Sementara orang-orang Quraisy semakin berani kepada Rasul. Disaat itu Allah menundukan hati Abu Lahab, padahal ia orang yang paling memusuhi Rasul dan kufur terhadap Allah.Ia berkata
Wahai Muhamad teruskanlah apa-apa yang engkau kehendaki. Apa yang dilakukan Abu Thalib terhadapmu akan aku lakukan pula. Tetapi Demi Latta, aku tidak akan bergabung denganmu sampai mati
            Kejadian diatas merupakan rekayasa Allah dalam membulak-balikan hati hambanya.sesuai kehendaknya.Perlindungan Allah diperlihatkan pula kepada Rasul pada sebagian peperangan yang dihadapinya.

Undang-Undang Dasar Pertama Rasul Di Madinah

            Tindakan yang pertama kali diproritaskan Rasul setelah beliau berada di Madinah adalah memperkenalkan kelompok Muhajirin dan Anshar pada satu sisi, dan antara orang-orang Islam dengan orang-orang Yahudi pada umumnya di Madinah di sisi lain.Cara ini ditunjukan untuk membentuk pemerintahan baru yang kuat, dimana Rasul bias menyusun strategi dan kekuatan untuk menyrbarkan dakwah.  Rasul menetapkan undang-undang dasar bagi pemerintah barunya:
Dengan nama Allah yang maha pengasih dab maha penyayang
Ini adalah tulisan Muhammad, Nabi bagi orang-orang yang beriman, Orang-orang Muslim Quraisy dan Yatsrib, orang-orang yang mengikuti mereka dan siapa saja yang berjuang bersama mereka
1.      Mereka adalah suatu masyarakat tunggal yang berbeda dari masyarakat yang lain.
2.      Orang-orang Muhajirin Quraisy, swsuai dengan kebiasaan yang telah disepakati terlebih dahulu harus membayar diyat bersama-samadiantara mereaka, dan menebus tawanan mereka dengan perjanjian yang luhur dan adil diantara orang-orang mukmin.
3.      Banu Auf sesuai dengan kebiasaan yang telah disepakati, terlebih dahulu harus membayar upeti bersama-sama, dan setiap bagian kelompok menebus tawanannya,dilakukan dengan perjanjian yang jujur dan adil diantara orang-orang mukmin.
4.      Banu Harits, (Seperti no 3)
5.       Banu Saidah
6.      Banu Jusham
7.      Banu al-Najar
8.      Banu Amr bin Auf
9.      Banu al-Nabit
10.  Banu Aus
11.   Orang-orang mukmin tidak boleh mengabaikan orang-orang yang berhutang diantara mereka tapi harus memberinya pertolongan menurut kemampuannya dengan memberikan tebusan atau fidyah.
12.  Seorang mukmin tidak boleh menggabungkan dirinya dengan kelompok orang yang memiliki kepercayaan lain tanpa izin.
13.  Seorang yang takwa akan melawan siapa saja yang melanggar undang-undang atau melakukan rencana perbuatan tidak adil, berhianat bermusuhan dan korup dikalangan orang-orang mukmin, mereka semua akan melawannya, meskipun ia anak dr salahseorang mereka sendiri
14.  Seorang Mukmin tidak boleh membunuh mukmin lain, karena untuk kepentingan orang kafir, dan tidak boleh menolong orang kafir menolong orang mukmin
15.  Keamanan Allah hanya satu, pemberian perlindungan yang ramah, paling tiak kepada orang-orang mukmin akan mengikat diri mereka, orang-orang mukmin adalah pelindung –pelindung sesame mukmin dari rintangan orang lain.
16.  Seorang Yahudi yang turut bersama kita mempunyai hak mendapatkan pertolongan dan dukuingan yang sama selama mereka tidak disalahi dan tidak menolong melawan mereka.
17.  Kedamaian bagi orang-orang mukmin hanya satu tak seorang mukmin pun dapat hidup damai dari orang-orang mukmin yang lain bahkan harus ada persamaan hak dan persamaan.
18.  Dalam setiap kelompok orang ikut bersama kita melakukan razia seorang hendaknya berjalan dengan lainnya,
19.  Orang-orang mukmin benar-benar akan membalas dendam kepada orang lain yang merintangi seseorang untuk mengorbankan darahnya demi perjuangan dijalan Allah
20.  Tak seorangpun simpatisan Islam di Madinah pun boleh memberikan perlindungan yang ramah terhadap barang-barang dagangan atau orang kepada kaum Quraisy tidak boleh ada campur tangan atas nama dirinya ontuk melawan orang mukmin.
21.  Jika seseorang melanggar undang-undang dengan membunuh seorang mukmin dan jika buktinya telah nyata maka ia harus dihukum mati sebagsai pembalasan atas orang mukmin yang dibunuhnya itu, kecuali jika wakil dari korban merelakan uang denda Orang-orang yang beriman sepenuhnya akan melawan dan tidak boleh berbuat apapun kecuali melawannya.
22.  Seorang mukmin yang telah menyetujui apa yang tertulis dipiagam ini, tidak boleh menolong atau melindungi seorang pengacau.
23.  Jika ada sesuatu yang berbeda dengan pendapatmu maka harus di kembalikan kepada Allah dan Rasulmu Muhammad.
24.  Orang-orang Yahudi menanggung biaya bersama orang-orang Mukmin selama mereka masih melangsungkan perang.
25.  Orang-orang Yahudi dan Bani Auf adalah masyarakat yang hidup bersama-sama orang mukmin. Bagi merekalah agama mereka dan bagi orang-orang mukmin lah agama orang mukmin dst.
26.  Bagi orang –orang Yahudi Bnu al-Njar, sama seperti yang berlaku pada Orang Yahudi Banu Auf.
27.  Bagi orang Yahudi Banu Harits, sama seperti yang berlaku atas orang-orang Yahudi Banu Auf
28.  Bagi orang-orang Yahudi Banu Saidah (sama spt no 227)
29.  Banu Jusyam
30.  Banu al- Aus
31.  Bnu Tsalabah, kecuali bagi siapa yang melanggar undang-undang atau berkhianat maka ia hanya membawa kejahatan itu atas nama diri dan keluarganya sendiri.
32.  Orang-orang Jafna yang merupakan bagian orang-orang Tsalabah sama seperti orang-orang tsalabah juga.
33.  Bagi orag-orang  Banu Tsutaiba sama seperti yang berlaku atas orang-orang Yahudi banu Auf dan perjanjian ini harus dihormati sebelum penghianatan.
34.  Bagi sekutu-sekutu Banu Tsalabah sama seprti yang orang-orang Banu Salabah juga.
35.  Sekutu orang-orang Yahudi adalah sebagaimana mereka sendiri.
36.  Tidak ada orang mukmin yang boleh pergi melaksanakan razia tanpa izin Muhammad
37.  Bagi orang-orang Yahudi harus memikul biaya pngeluaan orang-orang Yahudi sendiri. Dan bagi orang Islam juga harus memikul biaya sendiri dst.
38.  Orang-orang Yahudi menanggung baiya pengeluaran bersama orang-orang Mukmin selama mereka masih terus melangsungkan peperangan.
39.  Lembah di Yatsrib harus senantiasa dijaga
40.  Tetangga yang dilindungi barada sebagaimana orang-orang Mukmin selama ia tidak merusak dan tidak berhianat.
41.  Hak seorang wanita pun tidak boleh diberi perlindungan yang ramah tanpa izin keluarganya.
42.  Apabila diantar golongan terjadi keributa yang membuat Resah maka harus dikembalikan kepada Allah dan Muhammad utusan-Nya.
43.  Perlindungan yang ramah tidak dapat diberikan kepada kaum quraisy dan siapa-siapa yang menolong mereka.
44.  Diantara golongan-golongan harus ada rasa tolong menolong, melawan siapa saja yang menyerang orang-orang Yatsrib karena secara tiba-tiba
45.  Apabila orang-orang mukmin diminta untuk menandatangani atau menerima sebuah perjanjian maka mereka akan menandatangani dan menerimanya. Kecuali terhadap orang yang memerangi agama,
46.  Orang-orang Yahudi Banu Auf , sekutu-sekutu mereka dan diri mereka sendiri mempunyai kedudukan yang yang sama dengan orang-orang yang terlibat dalam piagam ini dst.
47.  Seseorang yang berbuat kesalahan nahya akan bertanggung jawab atas kesalahan dirinya sendiri, Allah maha adil lagi maha benar dan maha menepati apa-apa yang tersebut dalam paigam ini.
Tulisan ini tidak akan ikut campur tangan melindungi orang-orang yang berhianat atau bersalah siapa yang pergi keluar ia tetap dalam keadaan aman di Madinah, kecuali yang melanggar undang-undang atau berhianat, Allah adalah pelindung yang Ramah, bagi orang-orang yang melakukan perbuatan baik. Takwa kepada-Nya, dan Muhammad Rasulullah.[43]
                Perjanjian itu ditetapkan oleh Rasul untuk penduduk Madinah antara Muhajirin danAnshar,serta antara orang-orang Islamdan Yahudisekaligus sebagai langkah awal untuk membangun masyarakat Islam sehingga terealisasilah solidaritas bersama antara generasi-generasiIslampada stu sisi dan menciptakan sisi positif antara mereka dengan Yahudi pada sisi lain.
Mengikat para da’I dengan Persaudaraan
Bersaudaralah kalian karena Allah secara berpasang-pasangan”
Rasulkemudian member contoh denganmengambiltangan Ali bi Abi Thalib sambilbersabda:”Ini adalah saudaraku”Hamzah bin Abdillah bersaudara dengan Zaidbin Haritsah,Ja’far bin Abi Thalib bersaudara dengan Muadz binJabbal,Abu Bakarbersaudara denganKharijah bin Jaiz alkhajraji,Umaral-Khatab bersaudara denganUtban bin Malik,Abu Ubaidah bersaudara dengan Saad binMU’az,Zubair bi Awwam bersaudara denganAbdullah biunMas’ud,Utsman bin Affan bersaudara dengan Auts bin Tsabit. Thalhah bin Ubaidillah bersaudara dengan Ka’b Mus’ab bin Umair bersaudara dengan Abu Ayyub,Abu Hudzaifah bin Utbah bersaudara dengan Muadz bin Bashar, Ammar bin Yassar bersudara denganHudzaifah bin al-Yaman,Hatib bin Abi Baltahah bersaudaradengan Uwain bin Saidah,Salman bersaudara dengan Abu al-Darda,Bilalbersaudara dengan Abu Ruwaihahal-KhatA’mi,Abdurahmanbin Auf bersaudara dengan Saad bin al-Rabi’[44].
Begitulah kecintaan,kedermawanan, sertapersaudaraanorang-orang Anshar sehinggasalah seorang darikaummuhajirin berkatakepada Rasul:
“Wahai Rasulullah kami belum pernah melihat kaumyang serupa dengan kaum yang daerahnya                                           kami datangi mereka telah memberikan banyak pemberian kepada kami sehingga mencukupi biaya hidup kami kami takut mereka bosan terhadap kami”
Rasulullah menjawab:
“Tidak perlu kau memuji-mujinya tetapi ajaklah mereka kejalan Allah”[45]

Keistimewaan IslamYang Sebenarnya
            Begitu agung dan mulianya syari’at Islam.Ia adalah sahaya Illahi yang bias menembus hati nurani orang-orang mukmin. Islamtelah mendorong mereka untuk saling menolong. Islampun telah mendorong mereka menyambut ajakan persudaraan karena Allah tanpa didorong oleh hawa Nafsu sertadiiringioleh kecintaan yang bersih dari sifat iri dan dengki. Semoga Allhah merahmati Asshauqi pemimpin para penyair yang telah berkata:
“Engkau adalah imamorang-orang yang berserikat
Kalau tidakkarena sengketa
Dan sikapberlebih-lebihan manusia
Niscaya engkau telah berhasil
Mengobatipenyakit-penyakit dunia
Engkau laksana obat yang paling ampuh
Bagipenyakit social
           
            Dengan modal persaudaraan yang essensil itu, Rasulmengakhiri perjalanan panjang dakwahnya dengan penuh liku-liku. Dan dengan petunjuk Tuhannya,Rasul telah berhasilbatu pertamanya untuk bangunan masyarakat yang kuat untukmenegakan dan menyebarkan panji dakwah Islam,serta menetapkan jalan jalan dakwah agar tersebarnya dakwah Allah  secara luas dapat terealisasi dengan sukses. 
                                            



[1] QS.Al-Mudatsir:1-7
[2] QS.Al-Alaq:1-5
[3] QS.Al-Muzammil:1-5
[4] HR.Muslim dari Abu Hurairah dengan sanad sahih
[5] Ibnu Ishak dari hadits Abdullah bin al-Husain al-Tamimi
[6] HR.Bukhari dari Aisyah,Ahmad,Muslim dan Abu Daud dari Abu Hurairah,Atabrani dari Ibnu Mas’ud sanadnya
Sahih.
[7] QS.Al-Anfal:63
[8] QS.Asyu’ara :214-215
[9] AlBaihaki dalamAl-Dalail dari hadits Ali bin Abi Thalib
[10] Ahmad dalam musnad sari hadits Abi Hurairah
[11] QS.Fushilat:33
[12] QS.Al-Ahzab:23
[13] QS.Al-Ankabut:2-3
[14] HR.Baihaqi dari Jabir
[15] HR.Ibnu Ishaq dari Ibnu Abbas
[16] Hadits Bukharidari Abdillah Khubbab bin al-Arts
[17] Ibid
[18] Tarikh Rasulwal muluk,juz 11hal 223.
[19] Ibnu Katsir,Albidayah wal-Inayah juz III,hlm.47
[20] Ibid hlm 48
[21] Ibid
[22] Ibid
[23] Al-Kurtubi,Al-Jami’li Ahkam al-Qur’an juz X,, hal 328
[24] Ibid
[25] QS.Al-Furqan:20
[26] Ibnu Katsir,Al-Bidayah Wal Alhinayah,juz III, Hal 51.
[27] Albidayah, juz III,Hal 63, dari riwayat al Bukhari dan Umar
[28] Ibid
[29] QS.Al-Hijr:94-95
[30] Al-Bidayah Juz III hal 83,riwayat Musa bin Uqbah dari Al-Zuhri.
[31] QS.An-Nahl:125
[32] QS.Saba:24
[33] Ibnu Arabi,al-Jami’,li Ahkami al-Qur’an, juz 1, hal.72.
[34] Ibid juz XX, hal 183
[35] QS Al-Mursalat:19
[36] QS.Al-Qamar:47
[37] QS Annur:55
[38] QS.Al-Maidah:68
[39] Ibid juz VI,hal.242
[40] HR.Tirmidzi, dari Aisyah dengan sanad sahih
[41] QS.Al-Mukmin:51
[42] Al-Jami’al-Ahkam al Qur’an,juz VI,hal.224.
[43] Al-BidayahWal- Nihayah,juz III, hal.226-227.
[44] Al-Bidayah wal-Nihayah, juz II,hal dari ayat Ibnu Ishaq
[45] Ibid

0 komentar: