DAKWAH DAN RELEVANSINYA DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Oleh :Tgk. H. MUHAMMAD HASBI
Dalam aktifitas dakwah pasti terjadi proses komunikasi antara da’i dengan mad'unya. Hanya saja yang muncul dalam realita istilah komunikasi, termasuk komunikasi interpersonal memiliki paradigma yang berbeda dari istilah dakwah sehingga memberi kesan ironisnya terhadap istilah dakwah tersebut, yaitu ada yang menganggap bahwa dakwah itu tidak ada dan yang ada dalam paradigma keilmuan adalah komunikasi. Di pihak lain timbul pula kecenderungan pendapat bahwa antara dakwah tidak ada relevansinya sama sekali dengan komunikasi, karena dakwah merupakan suatu proses penyampaian pesan-pesan keIslaman yang dilakukan oleh orang-orang Islam sendiri, sementara komunikasi adalah penyampaian pesan yang masih umum, baik yang bersifat positif maupun negatif, lahirnya di dunia barat yang sekuler. Relevansi antara dakwah dengan komunikasi interpersonal adalah adanya suatu kesamaan dalam proses penyampaian pesan kepada mad’u ataupun kepada komunikan dan saling ketergantungan serta saling melengkapi unsur-unsur keduanya antara satu sama lainnya. Komunikasi interpersonal tetap efektif dipergunakan dalam segala aktivitas dakwah di zaman modern dan era globalisasi, karena adanya umpan balik secara langsung, sehingga komunikator dapat meyakinkan pesan kepada komunikan, komunikasi interpersonal tidak memiliki suatu tempat dan masa yang khusus sehingga proses dakwah terlepas dari tempat dan waktu.
A. Pendahuluan
Dakwah yang sering disebut dengan tabligh merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan, dakwah berasal dari bahasa arab yaitu da`a, yad`u yang artinya mengajak, mengundang. Dengan demikian dakwah dapat diartikan sebagai penyampaian pesan agama Islam yang tujuannya agar orang tersebut mau melaksanakan ajaran Islam dengan sepenuh hati.
Didalam kegiatan tabligh tersebut terdapat unsur-unsur ajakan, seruan, panggilan agar orang yang dipanggil berkenan mengubah sikap dan prilakunya sesuai dengan ajaran Islam yang dianutnya. Proses penyampaian dakwah harus saling melakukan interaksi, karena dengan adanya interaksi antara da`i dengan mad`u maka dakwah akan lebih mudah terlaksana, sehingga terjadi suatu proses penyampaian yang sempurna.
Dakwah telah ada semenjak manusia itu ada, manusia yang pertama diciptakan Allah adalah nabi Adam AS. Pada masa beliau juga telah diperintahkan agar risalah yang telah diwahyukan kepadanya untuk disampaikan kepada ummat, sehingga mereka mau melaksanakan dan menunaikan kewajibannya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Dakwah juga telah sampai pada masa Rasulullah SAW hingga sekarang dan yang akan datang selama dunia ini masih ada.
Dakwah pada masa Rasulullah SAW, pada mulanya secara rahasia atau dari rumah kerumah, beliau belum pernah berdakwah secara terang-terangan dalam perkumpulan umum quraisy. Begitu juga dengan kaum muslimin pada saat itu belum berani beribadah secara terang-terangan, karena menghindari dari sifat fanatik orang Quraisy, maka setiap orang dari kalangan muslimin yang hendak melaksanakan ibadah, mereka mesti pergi kelereng-lereng bukit di sekitar Mekkah untuk melakukan shalat secara sembunyi-sembunyi. Setelah sekian hari kaum muslimin terus bertambah, maka Allah SWT menurunkan wahyu kepada Rasulullah SAW untuk berdakwah secara terang-terangan, kemudian Beliau menjalankan apa-apa yang telah disampaikan kepadanya.
Demikian pula dengan komunikasi interpersonal yang merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling pengaruh mempengaruhi. Proses pengaruh mempengaruhi ini merupakan suatu proses yang bersifat biologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan antar manusia yang memiliki suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam masyarakat yang tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial. Oleh karena itu antara dakwah Islamiyah dengan komunikasi interpersonal merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena saling keterikatannya.
Suatu komunikasi interpersonal ditandai dengan adanya umpan balik dan umpan balik itu saja tidaklah cukup, tetapi komunikasi interpersonal juga melibatkan beberapa tingkat dari interaksi antara peserta komunikasi. Umpan balik tidak mungkin ada jika tidak ada interaksi yang menyertainya. Adanya interaksi menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal harus menghasilkan suatu keterpengaruhan tertentu. Tanpa adanya pengaruh sebaliknya interaksi tidak ada manfaat.
Komunikasi interpersonal dapat difungsikan sebagai media komunikasi dalam penyampaian ajaran Islam kepada masyarakat. Karena komunikasi interpersonal menghendaki paling sedikit melibatkan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi. Adanya variasi dalam percakapan dapat dilakukan tanpa ada yang merasa tersinggung.
Dengan demikian, terjadinya suatu permasalahan bahwa dalam aktifitas dakwah pasti terjadi proses komunikasi antara da’i dengan mad'unya. Hanya saja yang muncul dalam realita seakan-akan istilah komunikasi, termasuk komunikasi interpersonal memiliki paradigma yang berbeda dari istilah dakwah sehingga memberi kesan ironisnya terhadap istilah tersebut. Dampak dari ironisnya karena ada yang menganggap bahwa dakwah itu tidak ada dan yang ada dalam paradigma keilmuan adalah komunikasi. Oleh karena itu maka dakwah dikatakan komunikasi. Di pihak lain timbul pula kecenderungan pendapat bahwa antara dakwah tidak ada relevansinya sama sekali dengan komunikasi, karena dakwah merupakan suatu proses penyampaian pesan-pesan keIslaman yang dilakukan oleh orang-orang Islam sendiri, sementara ilmu komunikasi lahir di dunia barat yang sekuler.
Berkaitan dengan hal yang telah disebut diatas, maka perlu dilakukan penelitian yang sangat serius tentang relevansi dakwah dengan komunikasi interpersonal dan kegunaannya sebagai media dakwah.


B. Pembahasan

1. Da’i dan Komunikator
Orang-orang yang melaksanakan dakwah, golongan yang mencurahkan perhatiannya untuk menyeru umat manusia kepada kebaikan, kebenaran atau pada Islam disebut da’i. Inilah yang biasa mendapat sebutan sebagai da’i atau penyeru, atau juru dakwah.
Da’i yaitu orang yang melaksanakan tugas dakwah. Pelaksanaannya bisa perseorangan atau kelompok yang bersedia dan mampu melaksanakan tugas dakwah, seperti lembaga dakwah, dan sebagainya.
Seorang da’i harus mempunyai akhlak yang baik dan sifat yang mulia diantaranya, jujur, ikhlas, berdakwah kepada Allah dengan bashirah, penyantun, lembut, kasih sayang, pemaaf, rendah hati, tepat janji, mementingkan orang lain, pemberani, cerdas, amanah, malu yang terpuji, mulia (dermawan), taqwa, memiliki keinginan yang kuat.
Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayak. Komunikator juga dapat diartikan sebagai pengambil inisiatif terjadinya proses komunikasi. Dia yang harus mengetahui lebih awal tentang kesiapan dirinya, pesan yang ingin disampaikan, media yang akan digunakan, hambatan yang mungkin ditemui, serta khalayak yang akan menerima pesannya.
2. Mad’u dan Komunikan
Kata mad’u berasal dari bahasa Arab yaitu objek dakwah yang menjadi sasaran kegiatan dakwah, karena itu sasaran dakwah sangat menentukan berlangsungnya suatu kegiatan dakwah. Tanpa adanya mad’u maka dapat dikatakan bahwa dakwah itu pada hakikatnya tidak ada. Dan juga dapat dikatakan bahwa manusia yang menjadi audien yang akan diajak kedalam Islam secara kaffah. Mereka bersifat heterogen baik di pandang dari sudut ideologi, misalnya atheis, animis, musyrik, munafik bahkan ada juga yang muslim tetapi fasik (penyandang) dosa dan maksiat.
Disamping itu pula bahwa mad’u adalah orang-orang yang menjadi pendengar apa yang disampaikan da’i dimana mad’u tersebut tidak beda dengan komunikan. Kedua-duanya berkedudukan sama-sama menjadi sasaran, sehingga antara komunikan dan mad’u saling berhubungan, baik dalam pelaksanaan komunikasi maupun dalam berdialog dan mendengar ceramah.
Sedangkan komunikan yaitu pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima pesan bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara.
Dapat juga diartikan elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran komunikasi sehingga apa yang diinginkan oleh komunikator akan tercapai sebagaimana mestinya. Komunikasi dapat dibagi kepada tiga bagian yaitu masyarakat umum, masyarakat khusus, serta individu-individu dari suatu partikuler group yang lazim disebut publik, massa atau audience, seperti pembaca surat kabar, pendengar radio, dan sebagainya.
3. Materi Dakwah dan Message
Materi dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Ajaran Islam yang berpedoman kepada amal shaleh dan menghindar pemeliknya dari perbuatan atau amal yang mungkar. Amal shaleh yang dimaksudkan sudah barang tentu semua tingkah laku yang selaras dengan pedoman-pedoman dasar agama yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah dan dengan sendirinya tujuan dakwah tersebut menegakkan ajaran agama Islam kepada setiap insan baik individu maupun masyarakat.
Sedangkan kata message berasal dari bahasa Inggris yang artinya isi pesan atau pernyataan. Message adalah isi pesan yang disampaikan oleh komunikator yang bersifat umum. Sedangkan materi dakwah adalah pesan yang disampaikan oleh para juru dakwah. Antara keduanya saling berhubungan, namun materi dakwah mempunyai kriteria tersendiri, sebab materi dakwah dapat dijadikan sebagai message dan message belum tentu bisa dijadikan sebagai materi dakwah, inilah yang mempunyai kelebihan antara materi dakwah dengan message.
4. Sistem Dakwah dan Komunikasi
Definisi sistem dakwah adalah sehimpunan komponen dakwah yang dinamis dan saling berkaitan sehingga membentuk kesatupaduan tujuan dakwah, sedangkan unsur-unsur dari sistem dakwah adalah unsur-unsur yang berperan, saling melengkapi, dan membutuhkan atau disebut juga dengan komponen sistem dakwah, unsur-unsur tersebut menurut Misbach Malim adalah :
1. Input
2. Output
3. Lingkungan (environmental)
4. Konversi
5. Feed-Back.
Sistem komunikasi yaitu dengan menggunakan bahasa yang sama. Kemudian dengan menggunakan bahasa adalah lambang yang pertama digunakan atau dilakukan orang dimana-mana sebagaimana yang dikemukakan oleh Edward Sapir bahwa :
Bahasa adalah proses komunikasi yang sama utamanya dalam setiap masyarakat yang dikenal, dan bahasa terutama sangat penting dalam meneliti bahwa betapapun lemahnya suatu masyarakat primitif ditinjau dari titik yang penting dari kebudayaan. Bahasa tak dapat tiada (tidak dapat dielakkan) membentuk dengan yakin lengkap dan secara potensial mewujudkan suatu alat daripada lambang-lambang yang memberi keterangan sebagai bahasa yang sangat berarti yang kita ketahui.

Karena itu bila orang tidak menggunakan bahasa maka tidak akan terjadi suatu kegiatan ataupun orang tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain kalau sistem bahasa mereka berbeda. Misalnya orang asing yang berbahasa Inggris datang ke negara kita dan berbicara dengan bahasa Inggris dengan seorang kita yang tidak tahu sama sekali bahasa Inggris, maka tidak akan terjadi komunikasi karena sistem bahasa kita dengan bahasa mereka tidak sama.
5. Media Dakwah dan Komunikasi
Media dakwah adalah tempat penyalur atau sarana yang disampaikan oleh para da’i dengan melalui media mimbar, media tulisan serta lisan. Hal ini dapat diterima langsung oleh para mad’unya tentang isi yang disampaikan media dakwah tersebut jangkauannya sangat panjang seperti di radio, televisi, telepon dan bahkan alat elektronik lainnya yang pada zaman sekarang telah banyak alat-alat canggih lainnya, sehingga isi yang disampaikan melalui media dapat diterima di seluruh pelosok dunia.
Istilah media bila di lihat dari asal katanya, berasal dari bahasa latin yaitu ”Median” yang berarti alat perantara sedangkan kata media jamak dari pada kata median tersebut.
Alat untuk menyampaikan dakwah atau juga sering disebut dengan media dakwah adalah sarana penyaluran pesan yang disampaikan oleh para da’i baik berupa saluran formal (media massa) maupun berupa saluran informal (media antar insan).
Sebenarnya media dakwah ini bukan saja berperan sebagai alat bantu dakwah, namun bila ditinjau dakwah suatu sistem, yang mana sistem ini terdiri dari beberapa komponen yang komponen satu dengan lainnya saling kait mengkaitkan, bantu membantu dalam mencapai tujuan. Maka dalam hal ini media komunikasi Interpersonal mempunyai peranan atau kedudukan yang sama dibandingkan dengan komponen yang lain, seperti metode dakwah, dan objek dakwah lainnya.
Lain lagi dengan media komunikasi yang masing-masing media mempunyai keunggulan tersendiri dan kelemahan yang telah dihasilkan, bukan hanya dikonsumsikan oleh masyarakat modern akan tetapi juga disebarluaskan kepada masyarakat lainnya yang masih tradisionil atau sedang berkembang mungkin dengan harapan agar masyarakat tersebut juga berkembang dan berubah menjadi masyarakat modern.
6. Proses Dakwah dan Komunikasi
Proses dakwah merupakan pelaksanaan penyampaian materi dakwah oleh da’i kepada mad’unya. Proses ini dapat berlangsung jika didukung oleh sarana atau media dakwah itu sendiri. Seorang da’i harus menguasai kultur dan lingkungan masyarakat yang dijadikan sebagai audiennya sehingga proses dakwah akan berjalan lancar sebagaimana mestinya.
Sedangkan proses komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah menggunakan lambang sebagai media pertama.
Proses komunikasi yaitu proses pengoperasian lambang-lambang yang mengandung arti. Sedangkan proses dakwah adalah proses penyampaian pesan dengan menggunakan media seperti mimbar sehingga terlaksana dengan baik.
7. Efek
Efek dakwah adalah hasil dari pada proses dakwah itu sendiri. Namun demikian, belum tentu hasil itu cocok dengan tujuan yang dimaksudkan. Yang jelas hasil tersebut merupakan perubahan tingkah laku komunikan atau manusia yang dikenai perbuatan dakwah itu. Adapun perubahan yang dimaksudkan, misalnya dari tingkah laku yang tidak Islam menjadi Islam, dari tingkah laku jahiliyah menjadi tingkah laku yang bertauhid, dari tidak bermoral sehingga menjadi berakhlaqul karimah, dari berpikiran sekuler dan materialistis menjadi berpikiran agamis yang muslim dan selalu menempuh jalan yang diridhai oleh Allah SWT.
Efek yaitu hasil yang dicapai oleh pernyataan umum pada sasaran yang dituju, komunikasi massa adalah sejenis sosial force. Suatu kekuatan sosial dapat menyelenggarakan efek komunikasi adalah hasil akhir dari komunikasi, sikap dan tingkah laku orang sesuai atau tidak sesuai yang kita inginkan. Jika sikap dan tingkah laku orang lain sesuai maka komunikasi dianggap berhasil, demikian juga sebaliknya.
Di samping itu pula efek media massa dari kehadirannya sebagai benda fisik dapat menimbulkan efek ekonomi, efek sosial, penjadwalan kegiatan, efek pada penyaluran perasaan tertentu dan efek perasaan orang terhadap media.
Efek atau pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa modern seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan film. Keampuhannya dalam mempengaruhi masyarakat tidaklah diragukan lagi.
Adapun efek yang dalam komunikasi adalah sebagai berikut :
a. Telah terasa seperti yang dirasakan oleh pembicara.
b. Telah berfikir dengan cara dan seperti pemikiran pembicara.
c. Telah dapat memahami mengerti dengan baik isi pesan yang dikemukakan oleh pembicara.

d. Telah sepaham dan mendukung isi pesan yang disampaikan.
e. Telah yakin akan kebenaran ide yang dikemukakan oleh pembicara
f. Telah bertindak mengamalkan melaksanakan isi pesan yang dimaksud
g. Telah bersedia berjuang dan berkorban untuk membela kebenaran isi pesan.
Dengan demikian jelaslah bahwa efek sangat berpengaruh dalam dakwah dan komunikasi baik dalam masyarakat maupun dalam suatu instansi sehingga dakwah dan komunikasi tersebut bisa berguna atau bermanfaat sebagaimana yang diharapkan.

C. kesimpulan
1. Relevansi antara unsur-unsur dakwah dan komunikasi interpersonal terdapat pada kesamaan dalam proses penyampaian pesan kepada mad’u ataupun kepada komunikan dan saling ketergantungan serta saling melengkapi unsur-unsur keduanya antara satu sama lainnya .
2. Komunikasi interpersonal tetap efektif dipergunakan dalam segala aktivitas dakwah di zaman modern dan era globalisasi. Karena adanya umpan balik secara langsung, komunikasi interpersonal tidak memiliki suatu tempat dan masa yang khusus sehingga proses dakwah terlepas dari tempat dan waktu.




0 komentar: